Sabtu, 22 Juni 2013

jadi POHON :D

Mama, ijinkan aku membahagiakanmu. Mama, do’aku untuk membawamu ke tanah suci bersama ayah dan suamiku nanti tak pernah terlewat setiap harinya. Mama, ku tahu setiap malampun kau selalu mendo’akanku menjadi anak yang selalu kau banggakan. Mama, tegarkan aku disaat letih, bangunkan aku disaat jatuh, dan selalulah jadi bintang hatiku di setiap hariku menggapai bintang itu, bintang yang paling terang J

Hari-hariku selalu ku lewati dengan rasa bosan. Tak ada yang spesial ! namun saat aku mengikuti salah satu ajang pemilihan Duta di setiap sekolah, disana aku diajari bagaimana menjadi seorang remaja yang baik. Menjadi remaja yang tak mudah pesimis, menjadi remaja yang PD dengan segala yang ada di dalam diri sendiri. Namun, di dalam komunitas yang terdiri dari para remaja yang di anugrahi berbagai bakat ini, aku merasakan keminderan saat bersama mereka. Sejak saat itu rasaku ingin menghilang dari dunia itu mulai muncul. Namun setelah aku ceritakan kepada teman curhat sejatiku, Kak Fata. Dia selalu meyakinkanku bahwa yang aku lakukan salah dan harus membenahinya.
“je ! kamu dicari tu !” lamunan tentang masuknya aku ke komunitas itu sangat membiusku. Tanpa sadar, Puni menyadarkanku saat aku duduk di kelasku yang sudah kosong.
“ha ? ngapain kamu kesini ? bukannya kamu sekarang jadi glamor?”
“kamu ngomong apa je ? ngaco ? woe bangun  woe”
Oh ya Alloh, ternyata aku tadi mimpi. Ya, keminderanku cuma mimpi. Alhamdulillah, Alloh pasti ngasih jalan terbaik buat aku
“hey, biasa aja kaliii, tadi aku Cuma akting” aku menjulurkan lidah pada temanku yang punya tinggi badan di bawahku sambil menjitak kepalanya. Yang dijitak hanya memandangku dengan heran, mungkin bukan karena dia heran, tapi karena lemotnya dia yang belum paham dengan omonganku barusan. Pulang sekolah aku bersama Puni, melewati rumah, sawah, dan sungai. Dalam hati aku membayangkan. Tulungagung, kota kecil namun selalu aku sayangi. Akankah seusai lulus sekolah meninggalkan kota kelahiranku ? dan melihat gedung yang lebih besar lagi. Melewati bangunan yang tak ada di kotaku, menyambangi wilayah yang belum pernah kusambangi sebelumnya. Malang. Aku ingin mengutarakan segala Passionku disana. Akhirnya lamunanku dibuyarkan karena telah setengah detik aku ada di pagar rumahku. Puni meninggalkanku dengan janjinya untuk menyambangi temanku Rahma ke rumahnya malam nanti karena malam ini malam minggu. Tapi seperti biasanya, acara ngumpul bareng gagal karena ini dan itu.
Minggu Pagi.
“jejeee, ayo bangun !!” mataku masih sulit untuk terbuka lebar, namun nampaknya mentari sudah tak sabar menunggu senyumku pagi ini. Tak banyak tingkah, langsung saja kuambil air wudhu untuk sholat Subuh berjama’ah di masjid dekat rumahku. Saat jalan menuju masjid. Aku ingat sesuatu, dan ku ungkapkan hal yang baru saja kuingat itu
“maa, nanti aku mau ke PPLH, mungkin pulang sore”
“ngapain kok sampai sore ?”
“itu, ada tamu ma dari Bandung Jawa Barat, nanti kalau sudah pulang pasti aku cerita kok”
yowes, yang penting kerja dulu. Bersih-bersih rumah” yowes= ya sudah
“siap maaa”
Oh ya, namaku Jeje. Saat ini aku sedang duduk di kelas XI jurusan IPA. Aku punya sahabat yang aku anggap kakakku. Dia selalu memberiku motivasi untuk masa depanku. Dialah yang mengenalkan aku pada PPLH Mangkubumi. Perawakan yang tinggi dan badan ideal, membuatnya nampak dewasa. Tahi lalat di dekat mulut membuat dia nampak tak seperti wataknya. Konyol. Itulah kak Fata. Semenjak kenal dia, aku jadi tahu arti hidup, kemana harus ku luruskan jalanku dan bagaimana menyikapi segala keadaan yang terkadang membuatku pilu.
“buat lingkaran seperti ini, dan kasih garis seperti ini”. Kak Nana, seorang Young Change Maker dari Asoka mengajari kami membuat Mandala diri. Bagaimana kita mengenali diri kita lebih dalam lagi. Karena ada seorang tokoh yang mengatakan, beberapa orang yang gagal sukses ksrena mereka belum mengenali diri mereka. Meskipun suasana panas menyelimuti kami (anak-anak Sahabat Mangkubumi) namun antusias kami mengikuti permainan yang sekaligus pendidikan ini tak surut sedikitpun.
Saat aku presentasi, desiran angin halus merasuk ke tubuhku. Entah apa itu, aku merasa semangat yang menggebu mulai terbakar di dalam diriku, ternyata inilah aku. Menyukai sebuah kebebasan. Satu fakta telah kutemukan didiriku.
Acara berakhir jam 3 sore. Kusandarkan tubuhku di bawah pohon dekat Sungai Jenes, tempat aku dan Sahabat Mangkubumi menambah ilmu mengenai sungai.
 “je ! dicari tu !” Suara serak basah Puni mengagetkanku di tengah lamunanku
“dicari siapa?” tanyaku yang sedikit linglung dengan suaranya yang keras
“dicari mbahku ! ya temen temen lah, daritadi kamu nglamun terus. Mikirin apa sih je ?”
Tak ku hiraukan pertanyaan itu dan membuatnya semakin penasaran. Sahabatku sejak SMP ini memang paling hiperaktif daripada sahabatku DJIWANDONO yang lain. Djiwandono adalah sahabatku sejak SMP, mereka adalah orang-orang gila. Terdiri dari Rahma (Grenjeng), Nikmah (menik), Ramadian (mbulak) dan Puni (lemot). Simbolik kita simple, Just The Way You’re. Dimana kita menjadi apa adanya kita tanpa hal yang dibuat-buat. Menurutku mereka berbeda dengan teman-teman yang aku punya sampai saat ini. Mereka benar-benar ISTIMEWA. Meskipun kami jarang bertemu, tapi saat salah satu dari kami ada yang ulang tahun selalu kita rayakan bersama meskipun tak meriah.
“je, kamu nggak papa?” tanya Kak Fata yang mungkin memperhatikan adiknya yang lagi galau ini.
“aku mau jadi apa ya kak ?” pertanyaanku membuat spontan cowok berkacamata ini.
“loh, kok nanya aku ? tanya hatimu dek, tanya jiwamu. Kamu ingin jadi apa nantinya, pikirkan dan matangkan jalanmu”
Sesaat kupikirkan kata-kata kakakku ini. Tanya Jiwamu ! yaa ! dimana jiwaku sekarang ? lalu aku teringat kata-kata mamaku
wisto nduk, kamu kuliah di kesehatan aja, nyari kerja biar mudah” wisto nduk = ya sudahlah nak
Kesehatan ? WOW !! jujur, jiwaku bukan disana ma, aku masih nggak tega nglihat darah.
Hari ini ku tatap matahari dengan berani. Meskipun hari senin namun semangatku untuk sekolah tak padam. Untuk apa aku sekolah ? untuk Mama. Selama aku ngikuti yang diinginkan mama, aku yakin mama bahagia.
“gambarkanlah keinginanmu di masa depan pada selembar kertas dan ceritakan nanti setelah istirahat” TEEEETTT. Bel istirahat terdengar nyaring dari Loodspeaker kelas.
Keinginan ? keinginan apa ? timbul kegalauan yang luar biasa di pikiran dan hatiku.
“je! ayo makan” teman sebangkuku menyapaku dengan ajakannya. Namun aku tak mempedulikannya, entah kenapa aku justru membentaknya.
“wisto, mangano dewe !” udah, kamu makan sendiri sana
Mungkin ia terluka dengan jawabanku tadi, penyesalanku datang ketika ia pergi meninggalkan bangkunya dengan wajah muram.
“maafkan aku teman” ucapku dalam hati.
Iya, saat ini pikiranku kacau, terbang kesana kemari bagai kertas bekas beterbangan yang entah mau diapakan. Apakah didaur ulang atau dibuang. Kemana aku akan menlangkahkan kakiku untuk masa depanku ? Sementara cita-citaku begitu banyak. Apakah keinginanku hanya kugantungkan di atap kamarku saja ? kupandangi setiap harinya tanpa ada pergerakan sedikitpun ? Ya Alloh, sesungguhnya hanya Engkaulah yang memberi kemudahan jalan bagi hambaMu.
Aku memulai menebarkan ukiran pensil di kertas biru pemberian guruku. Aku memilih warna biru sesuai dengan favoritku. Sebuah batang pohon yang besar dan berakar kuat ditancapi ribuan daun berwarna hijau. Aku memang tak pandai dalam menggambar, sehingga gambar pohon itu tak lebih bagus dari gambaran anak TK. Lalu ku beri banyak orang dibawah pohon itu, kutambahi juga hewan-hewan dan bunga-bunga yang tumbuh indah disekitar pohon itu. Selesailah tugas dari Guru Bahasa Indonesia ku yang sangat aku kagumi ini. Aku begitu mengagumi semua Guru Bahasa Indonesia, karena menurutku merekalah pintu cakrawala Sastra untuk anak sekolah sepertiku.
“coba ceritakan je, apa maksud dari gambarmu itu”
“iya bu” ku buka kertas biru yang berisi gambaran anak TK itu dan kutunjakkan kepada teman-temanku. Malu melihat gambarku sendiri, tapi apa boleh buat. Bakat gambar sama sekali tak ada di darahku.
“Pohon. Mungkin terlihat biasa, tapi apa yang ada di pohon sangat bermanfaat buat dirinya sendiri maupun makhluk lain. Batang pohon yang kuat dan besar, aku ingin seperti itu. Menjadi sosok yang kuat di terjang apapun, diterjang angin, panas, hujan, apapun itu. Akar yang kuat, ibarat hubunganku dengan Tuhan semoga sekuat akar ini. Pohon yang banyak dan hijau. Aku ingin mejadi seseorang yang meneduhi orang lain agar mereka senang. Inti dari semua ini, aku ingin menjadi seorang yang berguna untuk orang lain. Entah apapun profesiku, ku ingin menjadi sosok yang seperti itu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar